Rabu, 02 Juni 2010

makalah magnet bumi (interpretasi kualitatif)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Dipandang perlu melakukan survey untuk pemetaan secara umum kondisi geologi suatu daerah, dengan harapan dapat dirumuskan (dihipotesakan) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penetapan kondisi geologis lokal. Pemetaan ini dapat memberikan informasi berupa Struktur lapisan tanah,patahan atau sesar yang bersifat khas yang mungkin perlu diwaspadai sebagai sumber bencana alam geologis, struktur batuan magnetik khusus yang perlu dikaji lebih lanjut, atau sebaliknya, ditemukan lokasi yang memiliki potensi bahan tambang, contohnya: material logam (besi,tima,tembaga), minyak bumi, gas dan sebagainya.
Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika eksplorasi.Dengan metode geomagnet dapat diketahui karakteristik batuan dalam bumi berdasar sifat kemagnetan batuannya (suseptibilitas).
Medan magnet bumi tidak tetap tetapi berubah terhadap waktu sesuai dengan keadaan di dalam bumi yang kadang-kadang mengalami gangguan. Sedangkan besarnya nilai kemagnetan bumi di suatu tempat tertentu tergantung pada kondisi kemagnetan di dalam bumi yang berubah terhadap waktu, pengaruh dari luar bumi, dan pengaruh kemagnetan lokal (anomali lokal). Besarnya kemagnetan lokal (anomali lokal) suatu tempat yang tidak terdeteksi secara regional dimana komponen inilah yang dianalisis dan diinterpretasi untuk menunjukkan sumber dan kecenderungan (trend) penyebaran anomali kemagnetan sehingga dapat diketahui struktur bawah permukaan suatu daerah (lokal tertentu) melalui nilai suseptibilitasnya.
Oleh karena itu, penulis meneliti dan menganalisa adanya anomali kemagnetan di daerah Sumatera Barat untuk mengetahui sumber anomali dan pola penyebarannya sebagai studi dari aplikasi pengolahan data dari teknik eksplorasi dengan metode magnet bumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada penulisan ini antara lain:
• Bagaimana analisis data pengukuran dan anomali magnet yang terdeteksi di daerah penelitian
• Bagaimana hasil interpretasi kualitatif anomali medan magnet daerah Padang, Sumatera Barat
• Bagaimana penyebaran sumber anomali tersebut dan apa sumber penyebab anomali tersebut.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan tambahan informasi kepada masyarakat tentang teknik eksplorasi menggunakan metode magnet bumi dan menjadi kajian dalam bidang geofisika khususnya. Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan kerja ini adalah untuk mengetahui sumber penyebab anomali dan pola penyebaran anomali medan magnet daerah Sumatera Barat berdasarkan data anomaly medan magnet.

1.4 BATASAN MASALAH

Pembahasan meliputi analisis data pengamatan (observasi) menggunakan data pengukuran dari survey magnet medan magnet pada tanggal 8-16 Mei 2009 di daerah Sumatera Barat sebanyak 31 titik serta melakukan interpretasi kualitatif (penyebab anomali dan pola penyebarannya) kontur anomali magnet yang diperoleh setelah melakukan pengolahan data.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian meliputi pengumpulan data medan magnet total (F) untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data berupa filterisasi manual, reduksi data, dan pembuatan kontur anomali kemagnetan kemudian melakukan interpretasi kualitatif untuk mengetahui sumber penyebab anomali dan penyebarannya.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan tugas akhir ini, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai berikut :
• BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tantang latar belakang penelitian yang dilakukan, rumusan permasalahan, tujuan yang hendak dicapai penulis, dan metodologi penelitian, dan sistematika penulisan yang dilakukan
• BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan dadta-data pendukung dalam pemnyusunan tugas akhir ini. Yaitu data geologi Sumatera Barat.
• BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori – teori yang dipakai penulis dalam mengkaji masalah.
• BAB IV DATA DAN METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang data dan metode yang digunakan penulis dalam penyelesaikan penelitian untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
• BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisa data yang dilakukan penulis dan pembahasan yang terkait hasil analisanya.
• BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 GEOLOGI REGIONAL
Data geologi daerah Provinsi Sumatera Barat merupakan hasil kompilasi/perpaduan dari beberapa peta geologi sekala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Survey Geologi (Badan Geologi), peta geologi tersebut antara lain adalah lembar Pulau Telu – Muara Sikabaluan (0615 - 0614); lembar Lubuk Sikaping (0716); lembar Painan - Muara Siberut (0814 - 0714); lembar Sikakap - Burisi (0713 – 0712); lembar Sungai Penuh (0813); lembar Padang (0715) dan lembar Solok (0815).
Penyederhanaan geologi didasarkan pada pengelompokan umur dan jenis batuan, sehingga geologi Prov. Sumatera Barat dari kelompok umur paling tua ke muda dapat diuraikan sbb. : (Lihat Gambar 2.1.)

Gambar 2.1. peta geologi Sumatera Barat


A .Kelompok Pra Tersier :
Kelompok ini mencakup masa Paleozoikum – Mesozoikum, dipisahkan menjadi kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange, kelompok batuan malihan; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan.

1). Kelompok Batuan Ultrabasa Pra Tersier
Disusun oleh batuan harzburgit, dunit, serpentinit, gabro dan basalt.

2). Kelompok Melange Pra Tersier
Merupakan kelompok batuan campur aduk yang disusun oleh batuhijau, graywake, tufa dan batugamping termetakan, rijang aneka warna. Kelompok batuan malihan Pra Tersier disusun oleh batuan sekis, filit, kwarsit, batu sabak, batu gamping termetakan.

3). Kelompok Batuan Sedimen Pra Tersier
Yang didominasi oleh batugamping hablur sedangkan kelompok batuan terobosan Pra Tersier disusun oleh granit, diorit, granodiorit, porfiri kuarsa, diabas danbasalt.

4). Kelompok Transisi Pra Tersier – Tersier Bawah
Yang merupakan kelompok batuan terobosan yang terdiri dari batuan granodiorit dan granit.

B. Kelompok Tersier :
Dipisahkan menjadi kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange; kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. Kelompok batuan ultrabasa Tersier disusun oleh batuan serpentinit, piroksenit dan dunit.


1). Kelompok Batuan Melang Tersier
Yang merupakan batuan campur aduk disusun oleh graywake, serpih, konglomerat, batupasir kwarsa, arkose, serpentinit, gabro, lava basalt dan batusabak.
2). Kelompok Batuan Sedimen Tersier
Disusun oleh konglomerat, aglomerat, batulanau, batupasir, batugamping, breksi dan napal.

3). Kelompok Batuan Gunung Api Tersier
Disusun oleh batuan gunungapi bersifat andesitik-basaltik, lava basalt sedangkan kelompok batuan terobosan Tersier terdiri dari granit, granodiorit, diorit, andesit porfiritik dan diabas.

C. Kelompok Transisi Tersier – Kwarter :
(Plio-Plistosen) dapat dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan.

1). Kelompok Batuan Sedimen Plio-Plistosen
Disusun oleh konglomerat polimik, batupasir, batulanau dan perselingan antara napal dan batupasir.

2). Kelompok Batuan Gunung Api Plio-Plistosen
Disusun oleh batuan gunungapi andesitik-basaltik, tufa, breksi dan endapan lahar sedangkan kelompok batuan terobosan Plio-Plistosen terdiri dari riolit afanitik, retas basalt dan andesit porfir.

D. Kelompok Kwarter
Dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; batuan gunungapi dan aluvium.


E.Struktur Geologi
Struktur yang berkembang di Provinsi Sumatera Barat adalah struktur perlipatan (antiklinorium) dan struktur sesar dengan arah umum baratlaut – tenggara, yang mengikuti struktur regional P. Sumatera.















BAB III
LANDASAN TEORI


Pengukuran kemagnetan bumi telah dilakukan orang sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Pengukuran ini mula - mula untuk kepentingan navigasi, kemudian berkembang untuk eksplorasi dan penelitian variasi medan magnet bumi terhadap waktu untuk mengetahui pergerakan lempeng bumi berdasar paleomagnetisnya.
Dalam penelitian, diketahui bahwa kemagnetan bumi merupakan resultan dari medan magnet utama bumi, medan magnet luar bumi, dan medan magnet yang ditimbulkan oleh variasi sifat kemagnetan batuan pada masing - masing tempat [ Telford, 1976 ]. Berikut ini akan dibahas masing - masing.

3.1 MEDAN MAGNET BUMI

Penyebab utama kemagnetan bumi sekitar 99 % adalah gejala yang terjadi di dalam bumi, yakni berdasar teori magnetohidrodinamis, disebabkan oleh arus listrik yang terbentuk karena adanya proses rotasi bumi dan arus konveksi, sehingga menginduksi material – material bersifat magnetik di dekatnya dan mempengaruhi perubahan variasi medan magnet. Sifat kemagnetan bumi ini terpolarisasi menjadi dua kutub yakni kutub utara dan kutub selatan, sehingga seolah-olah di dalam bumi ini terdapat magnet batang yang sangat besar dengan dua kutub yang letaknya terpisah jauh.
Medan magnet utama bumi tidak konstan tetapi mengalami perubahan terhadap waktu, sesuai keadaan di dalam bumi. Hal tersebut ditunjukkan dalam studi peleomagnetik bahwa banyak batuan di kerak bumi dengan posisi sebelah menyebelah yang memiliki arah kutub kemagnetan yang berkebalikan. Perubahan kemagnetan bumi akibat aktivitas bumi sendiri ini sangat lamban dan biasa disebut variasi sekuler. Besarnya variasi ini untuk setiap tempat tidak sama, tetapi dalam skala regional masih sama.
Beberapa ahli menduga perubahan ini diakibatkan aktivitas arus konveksi yang berada di dalam inti bumi yang menimbulkan kelistrikan sehingga medan magnet yang ditimbulkan mempengaruhi medan magnet di sekitarnya. W.M. Elsasser (1939) menyimpulkan material inti bumi yang dominan adalah besi yang merupakan konduktor yang baik. Gerakan inti bumi cair inilah yang memungkinkan arus listrik kemudian menimbulkan medan magnet bumi utama.
Berdasar penyelidikan ahli seismologi, bumi terdiri dari bagian inti yang cair, mantel dan kerak bumi. Sumber medan magnet bumi utama berasal dari dalam bumi akibat pengaruh rotasi bumi sehingga material magnetis di inti bumi seperti FeO, Fe2O3, MgO, CaO, SiO2 termagnetisasi akibat perputaran bumi pada porosnya (arus konveksi dalam inti bumi ).
Kedua kutub magnet bumi dikenal sebagai “Geomagnetic Poles” yang merupakan kutub teoritis dimana sumbu magnet membuat sudut ± 11,5˚ dengan sumbu rotasi bumi yaitu pada :
a. Utara / kutub negatif magnet terletak di “ Pulau Canadian Artik ” dengan posisi Lintang : 75.50 LS dan Bujur : 100.40 BB.
b. Selatan / kutub positif magnet terletak di “ Pantai selatan Antartika dari Tasmania “ dengan posisi Lintang : 66.50 LS dan Bujur : 1400 BT










Gambar 2.1 Posisi kutub utara dan kutub selatan magnet bumi
Nilai magnet bumi merupakan besaran vektor total magnet bumi (F) dan dapat dinyatakan dalam komponen-komponennya. Hal ini berarti disembarang
titik disuatu ruang, besaran, arah total medan magnet bumi ( F ) berubah sebagai fungsi waktu. Komponen medan magnet bumi dapat diuraikan sebagai berikut:









Gambar 2.2. komponen-komponen kemagnetan bumi
Keterangan:
1. Vektor X,Y,dan H terletak pada bidang horizontal dengan komponen X berada disepanjang sumbu geografis, komponen Y pada timur geografis dan H pada komponen horizontal.
2. Vektor Z merupakan komponen vertikal medan magnet bumi.
3. Vektor F merupakan komponen total medan magnet yang terletak pada bidang vertikal yang memuat komponen H dan Z.
4. Sudut D merupakan sudut deklinasi yang dibentuk oleh utara sebenarnya (X) dengan komponen horizontal (H).
5. Sudut I merupakan sudut Inklinsi yang besarnya ditentukan oleh vektor H dan F.
Hubungan antara medan magnet dan tiap-tiap komponennya dapat dinyatakan melalui persamaan berikut :
Z = F Sin I (2.1)
H = F Cos I (2.2)
X = H Cos D (2.3)
Y = H Sin D (2.4)
F2 = H2+Z2 = X2 + Y2 + Z2 (2.5)
Nilai komponen kemagnetan yang diperoleh melalui pengukuran adalah XYZ, HNHEZ, FHEV baik manual maupun digital, sedangkan komponen yang lain diperoleh melalui perhitungan.
Berdasar pengukuran medan magnet bumi di berbagai tempat, dapat dibuat peta -peta isomagnetik yang terdiri atas peta isogonik, isoklinik, dan isodinamik. Isogonik merupakan garis pada peta yang menghubungkan tempat - tempat yang mempunyai deklinasi sama. Isoklinik adalah garis dalam peta yang menghubungkan tempat - tempat yang mempunyai inklinasi sama, sedangkan isodinamik merupakan garis yang menghubungkan tempat - tempat dengan kesamaan nilai kuat medan magnet atau komponen-komponennya ( H, Z, dan F ).
Satuan Intensitas medan magnet yang digunakan adalah oersted (Oe). Satuan lain yang digunakan adalah nano Tesla (nT). Satu nano Tesla (nT) sama dengan 10-5 Oersted (Oe). Nilai maksimum terdapat di sekitar kutub magnet bumi, yaitu 0,7 Oe di kutub utara magnet bumi 0,6 Oe di kutub selatan magnet bumi. Sedangkan nilai minimumnya sekitar 0,25 Oe di Pasifik Selatan dan chili utara.

3.2 MEDAN MAGNET LUAR BUMI

Sekitar 1 % dari kemagnetan bumi disebabkan oleh pengaruh dari luar bumi. Medan magnet ini disebabkan oleh arus listrik di lapisan ionosfer yang menginduksi medan magnet di permukaan bumi akibat adanya arus listrik yang berasal dari proses ionisasi gas oleh partikel elektromagnetik, terutama sinar ultra violet yang berasal dari matahari. Medan luar menyebabkan perubahan yang sifatnya periodik. Berdasar periodanya dapat dibedakan menjadi variasi harian matahari, bulan dan badai magnetik.

3.2.1 Variasi Harian Matahari

Variasi harian matahari disebabkan oleh interaksi aliran listrik antara matahari dan lapisan ionosfera yang mempunyai perioda 24 jam dengan amplitudo 10 sampai 50 nT. Radiasi elektromagnetis ini menyebabkan sistem arus listrik dalam lapisan ionosfera pada ketinggian 100 kilometer diatas permukaan bumi. Amplitudo variasi harian ini tergantung pada lintang tempat pengamatan.

3.2.2 Variasi Harian Bulan

Variasi harian bulan disebabkan adanya interaksi bulan dengan lapisan ionosfera dan mempunyai periode 24 jam dengan amplitudo 2 nT.
Melalui pengamatan magnet bumi, variasi harian bulan dan matahari menimbulkan pengaruh yang bersifat periodik selama satu hari. Variasi ini dikenal dengan variasi harian (diurnal variation). Perubahan variasi harian ini dicatat oleh stasiun pengamatan magnet bumi menggunakan variometer.
Data pengamatan variasi harian menunjukkan dua tipe variasi, yaitu hari tenang (quiet day) dan hari terganggu (disturbed day) dimana pengklasifikasiannya menggunakan K-indeks atau Dst-indeks. Oleh karena pengaruhnya cukup signifikan maka dalam survey magnet harus selalu dilakukan koreksi terhadap kedua variasi harian ini (variasi harian matahari dan bulan).

3.2.3 Badai Magnetik

Badai magnetik adalah gangguan medan magnet bumi secara tiba-tiba disebabkan oleh induksi partikel bermuatan listrik yang sampai pada permukaan bumi. Badai magnetik ini cenderung berulang setiap 27 hari dan kejadiannya dipicu oleh aktivitas sunspot di matahari yang mengarah ke bumi sehingga menginduksi magnetosfera dan mengacaukan medan magnet bumi, akibatnya variasi magnet bumi menjadi terganggu. Ketika terjadi badai magnetik, segala aktivitas yang berkaitan dengan magnet dan memanfaatkan lapisan ionosfer akan mengalami gangguan, contohnya GPS, sinyal komunikasi, dan lain-lain. Terganggunya medan magnet bumi karena badai magnetik tercatat dalam variogram berupa perubahan irregular terhadap variasi harian magnet, dengan amplitudo mencapai > 50 nT. Sehingga, dalam pengolahan data magnet harus dilakukan koreksi terhadap badai magnetik ini. Sedangkan survey magnet, tidak dapat dilakukan sebab alat pengukuran magnet tidak dapat bekerja secara optimal.

3.3 MEDAN ANOMALI LOKAL

Medan anomali magnet merupakan bagian dari medan magnet bumi yang ditimbulkan karena ketidakteraturan distribusi material magnetis di kerak bumi bagian luar. Materi penyusun kerak bumi tidak homogen yang terlihat dari adanya anomali sampai kedalaman beberapa puluh kilometer. Anomali medan magnet bumi ini biasanya bersifat lokal sehingga tidak terlihat pada peta-peta isomagnetik secara regional. Untuk kegiatan ekplorasi menggunakan metode magnet bumi akan selalu berkaitan dengan anomali medan magnet, karena nilai anomali yang terdeteksi di lapangan akan diinterpretasi untuk mengidentifikasi penyebab anomali ini.


3.4 REDUKSI DATA

Nilai medan magnet total yang tercatat pada sensor magnet merupakan gabungan dari medan utama bumi, variasi harian, dan medan anomali lokal. Sehingga sebelum melakukan interpretasi, data yang diperoleh dikoreksi / direduksi terlebih dahulu terhadap variasi harian dan medan utama bumi untuk memperoleh nilai anomali lokalnya saja.



3.4.1 Koreksi Diurnal

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan variasi harian yang disebabkan pengaruh dari luar bumi. Koreksi ini dihitung dari kurva variometer yang dihasilkan oleh variograf di stasiun pengamatan permanen di sekitar wilayah pengamatan, dimana alat tersebut mencatat nilai medan utama bumi dan variasi kemagnetan bumi secara terus menerus atau dari base station yang ditentukan sendiri dalam pengukuran lapangan. Pereduksian pengaruh diurnal ini, dapat juga dilakukan dengan metode tie point. Dalam penulisan ini koreksi diurnal dilakukan menggunakan data langsung dari base stasiun, yang diperoleh dari Stasiun Geofisika Tuntungan.

3.4.2 Koreksi Normal

Koreksi normal dilakukan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet utama bumi, yakni medan magnet yang ditimbulkan oleh keadaan dalam bumi berupa aktivitas arus konveksi yang menginduksi batuan-batuan yang berada di dalam bumi. Koreksi ini dihitung menggunakan peta-peta isomagnet hasil pengamatan data megnet selama kurun waktu tertentu atau menggunakan data IGRF. Nilai koreksi normal dalam penelitian ini diambil dari data yang tercatat di base stasiun karena metode survei yang digunakan adalah metode base stasiun dan wilayah survei relatif sempit sehingga gradien koreksi normalnya dapat diabaikan.
Berikut persamaan untuk proses koreksi data pengamatan medan magnet total di suatu titik pengamatan :
ΔT = T obs ± Tvh – T IGRF (2.7)
Tbasestasiun = Tbaseline ± Tvh (2.8)
ΔT = T obs - Tbasestasiun (2.9)


Dimana ΔT = anomali magnet
T obs = data pengamatan
Tvh = koreksi diurnal
T IGRF = koreksi normal
Tbasestasiun = data di base stasiun



















BAB IV
DATA DAN METODE


4.1 DATA PENELITIAN

Data dalam penulisan ini diperoleh dari hasil survey magnetik tanggal 8-16 Mei 2009 di daerah Sumatera Barat yang terdiri dari 31 titik pengamatan.

4.2 ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan pada survey ini adalah GEM Magnetometer, dengan sfesifikasi sebagai berikut:
• Sensitivity : 0.2 nT/Hz
• Resolution : 0.01 nT
• Absolute Accuracy : 1.0 nT
• Dynamic Range : 20,000 to 100,000 nT
• Gradient Tolerance : >7,000 nT/meter
• Sampling Rate : 1 reading per 3 to 60 seconds
• Sensor : 140 x 75 mm diameter cyl.
• VLF Sensor : 160 x 150 x 150 mm, 1.3 kg


Gambar 3.1. GEM magnetometer.

4.2 DAERAH PENELITIAN

Daerah penelitian terletak di daerah Sumatera Barat dan beberapa daerah di propinsi Jambi yaitu pada posisi lintang: 0.124 LU - 2.091 LS dan bujur: 99.875 BT - 101.461 BT Luas area penelitian berkisar 243.65 KM X 174.46 KM.

4.3 METODE PENELITIAN

Dalam hal ini penulis tidak melakukan pengukuran magnet secara lansung, penulis hanya melakukan pengolahan data hingga didapat anomali magnet dan pengkonturan anomali tersebut. Adapun tahap – tahap pengerjaannya antara lain :
1. Melakukan filter manual terhadap data pengukuran magnet menggunakan program Microsoft Excel 2007
2. Filter manual data variasi harian magnet pada hari pengamatan
3. Menghitung harga anomali magnet pada setiap titik pengamatan, dengan melakukan koreksi diurnal dan koreksi normal.
4. Menghitung anomali magnet menggunakan rumus 2.9
5. Nilai anomali magnet yang diperoleh dibuat peta kontur anomali dengan
software Surfer 7.0.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Anomali medan magnet total di lokasi penelitian digambarkan pada peta kontur anomali berikut :


Gambar 4.1. kontur anomali magnet, interval kontur 100nT.

Pada gambar 4.1, memperlihatkan kisaran anomaly medan magnet antara -1.119,0798nT hingga 465,7706nT.Terdapat anomali berupa dipole magnet (lintasan A-A’) yang relatif berarah Barat Laut-Tenggara, mengandung pasangan klosur positif 214,9145nT (100.457 BT, 0.480 LS) dan negatif -681,2290nT (100.501 BT, 0.592 LS) , daerah ini merupakan salah satu danau yang ada di Sumatera Barat yaitu danau Singkarak. Dari posisi anomali yang terletak di daerah danau Singkarak tersebut , setelah dioverlay terhadap peta geografis dan peta geologi Sumatera Barat, diduga bahwa penyebabnya kemungkinan besar berkorelasi dengan segmen sesar Semangko yang ada di sekitar danau singkarak.

Gambar 4.2. Grafik crossection lintasan A-A’

Juga terdapat dipole (lintasan B-B’) yang relatif berarah utara-Selatan, mengandung klosur positif 233,7432nT (100.595 BT, 0.666 LS) dan klosur negatif -718,2459nT (100.613 BT, 0.995 LS) daerah ini merupakan daerah lembah segar, Sawah Lunto yang merupakan daerah jalur pegunungan Bukit Barisan. Diduga, anomali ini disebabkan oleh batuan gunung api era kwartener berupa : andesit, granit dan basalt era kwartener.Kondisi ini bersesuainan dengan kondisi di lapangan, karena secara geologi, batuan garanit ,diorit, dan basalt banyak tersebar di sepanjang jalur pegunungan Bukit Barisan Sumatera yang terbentuk sewaktu erupsi gunung api.

Gambar 4.3. Grafik crossection lintasan B-B’

Melihat medan anomaly yang cukup besar ini, menarik untuk dianalisa lebih lanjut karena diharapkan terdapat beberapa hal yang dapat dirumuskan (dihipotesakan), yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penetapan kondisi geologis lokal. Kondisi ini mungkin dapat mengandung salah satu dari dua kemungkinan, berupa struktur lapisan tanah,patahan atau sesar yang bersifat khas yang mungkin perlu diwaspadai sebagai sumber bencana alam geologis ataupun sebaliknya struktur batuan magnetik khusus.










BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data medan anomali magnet bumi daerah Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan :
1. Nilai anomali magnet di Daerah Sumatera Barat berkisar antara -1.119,0798nT hingga 465,7706nT.
2. Terdapat dipole magnet yang relatif berarah Barat Laut-Tenggara ,mengandung pasangan klosur positif 214,9145nT (100.457 BT, 0.480 LS) dan negatif -681,2290nT (100.501 BT, 0.592 LS) , dugaan awal penyebab anomali ini kemungkinan besar berkorelasi dengan struktur sesar Semangko yang melewati danau singkarak.s
3. Juga terdapat dipole anomali yang relatif berarah utara-Selatan, mengandung klosur positif 233,7432 (100.595 BT, 0.666 LS) dan klosur negatif -718,2459nT (100.613 BT, 0.995 LS) Diduga disebabkan oleh batuan gunung api era kwartener berupa : andesit, granit dan basalt era kwartener.


6.2 SARAN
Perlu dilakukan survey dan interpretasdi dengan metode yang lain agar dapat dilakukan perbandingan interpretasi sehingga hasilnya bisa lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar, prof,Dr., ”Geologi Struktur Indonesia”, Lab.Geologi Dinamis-Geologi ITB, 1990.
Efendi,Noor “Survey Magnetik Untuk memperkirakan penyebaran Tembaga Di Pulau Sumbawa Bagian tenggara Propinsi Nusa Tenggara Barat” .
Masturyono, ”Estimasi Kedalaman Basement dengan Metode Magnet”, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, 1989.
Savit, Carl H and Milton B. Dobrin, “Introduction To Geophisical Prospecting”, Mc. Graw-Hill book company, 2005.
Telford, W.A., Geldart, L.P., Sherif, R.E.,“Applied Geophysics Second Edition”, Cambridge University Press, London, 1976.
Wienert, K.A, “Notes on Geomagnetic Observatory and Survey Practice”, Unesco book company, 1970.
Zubaidah Teti, Bulkis Kanata dan Niken Arumdati, ” Pemanfaatan Metode Geolistrik Untuk Penentuan Sumber Anomali Geomagnet Di Kota Mataram, Pulau Lombok, Provinsi NTB”, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram, JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 3. Tahun XIX, September 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar